Karang Taruna Sulawesi Selatan Gelar Dialog Kebangsaan Hadirkan Narasumber Mantan Napiter

11 July 2023 00:02
Karang Taruna Sulawesi Selatan Gelar Dialog Kebangsaan Hadirkan Narasumber Mantan Napiter
Karang Taruna Sulsel gelar dialog kebangsaan di Ae Coffe Space Jalan Lamadukelleng Buntu, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. (Erwin Pratama/Trans89.com)
.

MAKASAR, TRANS89.COM – Karang Taruna Sulawesi Selatan (Sulsel) gelar dialog kebangsaan dengan tema, ‘peran aktif masyarakat dalam rangka pencegahan diri terhadap penyebaran paham radikalisme,’ diikuti dari berbagai organisasi massa (ormas) dan mahasiswa.

Selaku narasumber, mantan Narapidana Teroris (Napiter) Ustadz Muhktar Daeng Lau, Ketua Karang Taruna Sulsel Harmansyah dan Presedium Kampus Maulana Yusuf berlangsung di Ae Coffe Space Jalan Lamadukelleng Buntu, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (9/7/2023).

Sementara moderator Wakil Ketua Bidang Bela Negara/Ketua Brigade Muslim Indonesia/BMI Sulsel, Muhammad Zulkifli mengatakan, dengan banyaknya kasus teroris di Kota makassar, maka perlu adanya dialog terus menerus untuk mencegah penyebarannya.

“Adanya sayap-sayap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) harus diantisipasi, dimana HTI dan sayap-sayapnya merupakan organisasi yang di larang dan sudah dibubarkan pemerintah,” kata Zulkifli.

Menurutnya, sayap HTI ketika di luar membuat tema yang bagus, namun saat di dalam berubah dan menganggap Pancasila sebagai thaghut tidak sesuai agama Islam, dimana kampus menjadi sasarannya.

“Jadi adik-adik mahasiswa harus selalu berhati-hati dengan adanya sayap-sayap HTI. Paham radikalisme adalah paham yang mengajarkan untuk merubah dan mengganti ideologi,” tutur Zulkifli.

Harmansyah mengatakan, radikalisme adalah pemahaman dan gagasan yang merupakan pemahaman keras dan menyimpang.

“Agama dengan kontes dasar bahwa dengan agama itu tidak membuat kekacauan di masyarakat,” kata Harmansyah.

Ia menyebutkan, seperti di Vila Mutiara, kelompok radikal dan teroris, apabila melaksanakan shalat berjamaah dan bukan mereka jadi imam, maka mereka akan mengulang shalatnya.

“Kejadian Vila Mutiara itu diluar dugaan, sampai ada pengepungan dari kepolisian terkait kasus bom Makassar dan di Philipina,” sebut Harmansyah.

Menurutnya, doktrin agama akan mudah masuk di kalangan anak muda karena tidak memiliki pemahaman agama yang cukup untuk menangkalnya.

“Karang Taruna selalu berkerjasama dengan organisasi lain dan program karang taruna kita masukan di bidang wawasan kebangsaan,” tutur Harmansyah.

Maulana Yusuf merasa bangga bisa bersama- sama dengan Ustadz Mukhtar Daeng Lau. Semua agama yang ada di muka bumi tidak ada yang mengajarkan radikalisme.

“Bagian dasar agama msudah masuk di sekolah sebagai ajaran toleransi yang harus di pupuk sejak dini mencegah adanya paham intoleran dan radikalisme,” terang Maulana.

Menurutnya, sebagai mahasiswa, akan sering mencoba coba hal-hal baru, sehingga dalam hal ini perlu kehati-hatian para adik-adik mahasiswa.

“Mahasiswa sebagai sosial kontrol, maka mahasiswa tidak boleh asal mengikuti gerakan-gerakan kiri yang akan meninbulkan konflik,” tutur Maulana.

Ia menjelaskan, kita berjuang untuk rakyat, tapi kita juga menyesengsarakan rakyat dengan demo tetapi membuat macet, itu sudah dimasuki paham radikalisme.

“Di masjid, di kampus, jangan ada kegiatan yang menyatakan bidah. Para adik mahasiswa harus selalu mengikuti taudziah kegiatan agama yang benar, tidak ada yang menyatakan sesuatu dengan kata bidah,” jelas Maulana.

Dirinya menyatakan, sekarang banyak RT dan RW, harus selalu mengkontrol masyarakat pendatang baru dilingkunganya, harus selalu diawasi untuk mencegah adanya aliran radikalisme.

Kata Maulana, pemahaman yang sederhana kalau mau menyakiti orang lain, coba sakiti dirimu sendiri, bagaimana jika sakit, ya jangan pernah sakiti orang lain.

“Dunia hanya sementara, para adik mahasiswa kuliah harus hati-hati untuk ajaran kiri, kasihan orang tua yang sudah membiayai kuliah. Dan pesan saya, radikalisme harus kita perangi bersama-sama untuk mencegah penyebaran,” katanya.

Ustadz Muhktar Daeng Lau ucapkan terima kasih kepada Karang Taruna telah mengundangnya dan sudah beberapa kali masuk lembaga pemasyarakatan (Lapas).

“Bukanlah orang kuat yang bertahan, tetapi orang mampu menyesuaikan diri, itulah orang yang kuat. Adanya gerakan menolak salafi atau wahabi, karena mereka men-thaghut orang,” ucap Mukhtar.

Ia mengungkapkan, adanya kelompok Jamaah Ansharut Daullah/Jamaah Islamiyah (JAD/JI) adalah kompok yang selalu merubah bentuk nama maupun sifatnya.

“Gerakan kelompok teroris ini selalu mengubah gerakan dan namanya. Radikalisme ada 2, yaitu dengan cara damai dan aksi,” ungkap Mukhtar.

Menurutnya, tanda radikal yaitu tandanya, didahului dengan cara mengkafirkan orang tuanya, maka disitulah perlunya diwaspadai.

“Radikal itu perlu bila ditempatkan pada posisi yang tepat. Radikal tidak tepat bila terlalu condong. Contohnya radikal kiri komunis, liberal dan radikal kanan, contohnya JAD dan lain-lain,” tutur Mukhtar.

Dirinya mengemukakan, seorang teroris sudah pasti ada mentornya, sehingga pencapaian hasil sesuai target yang diinginkan.

“Radikal itu bagai seperti dua sisi mata uang yang saling berkaitan,” terang Mukhtar.

Mukhtar menyampaikan, radikal pemahannya dan terorisme adalah kegiatannya, sehingga perlunya kita mengetahui pola radikalisme dan terorisme ini.

“Negara saat ini mudah disusupi radikalisme, karena 4 pilar kebangsaan sudah tidak ada lagi, makanya bangsa kita sangat rapuh,” paparnya. (Erwin/Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya