Aliansi Mahasiswa STAIN Majene Desak Penambahan Kuota UKT, Anwar: Keterbatasan Dana Dimiliki

08 July 2020 01:27
Aliansi Mahasiswa STAIN Majene Desak Penambahan Kuota UKT, Anwar: Keterbatasan Dana Dimiliki
Sejumlah massa dari Aliansi Mahasiswa STAIN Majene unjuk rasa menolak kebijakan pemotongan UKT sebesar 10% berlangsung di kampus STAIN Kabupaten Majene, Sulbar. (Ibrahim/Trans89.com)
.

MAJENE, TRANS89.COM – Sejumlah massa dari Aliansi Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Majene dipimpin Zulkifli unjuk rasa menolak kebijakan pemotongan uang kuliah tunggal (UKT) sebesar 10% berlangsung di kampus STAIN Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), Selasa (7/7/2020).

Massa aksi emembawa spanduk bertuliskan, mahasiswa STAIN Majene bergerak menolak keras UKT 10%, cukup corona menyiksa, UKT jangan. Jangankan UKT, sembako saja mahal.

Tuntutan massa aksi, Zulkifli menuntut pemotongan UKT dari 10% menjadi 20-30%, dan transpansi anggaran dari pihak kampus STAIN Majene.

“Akibat dampak Covid-19. untuk diterbitkan sistem pembelajaran daring (online) di STAIN Majene pada semester di masa pandemi, dan meminta pihak rektorat agar menerbitkan surat sistem belajar secara online. Kalau memungkinkan bisa dilakukan offline secara terus,” ujar Zulkifli.

Ia menyebutkan, aksi ini dilakukan karena tidak adanya jawaban dari pihak kampus dalam memperhatikan mahasiswa yang terkena dampak pandemi.

“Sampai hari ini tidak ada upaya kampus guna memberikan keadilan kepada mahasiswa. Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, maka kami akan kembali melakukan aksi serupa dengan massa yang lebih banyak, dan tidak ada transparansi yang diperlihatkan pihak kampus utamanya Rektor,” sebut Zulkifli.

Orasi Mubarak mengatakan, dampak pendemi mengakibatkan minimnya pendapatan ekonomi orang tua mahasiswa.

“Hari ini kami menuntut agar pihak kampus merealisasikan kuota internet untuk mahasiswa, dispensasi UKT bagi mahasiswa, penerbitan SK Rektor tentang kriteria penggolongan kelompok UKT, serta menolak pemangkasan anggaran organisasi mahasiswa (Ormawa),” kata Mubarak.

Menurut dia, bukan tanpa alasan, disinyalir pemberian UKT yang hanya 10% dalam keadaan pandemi Covid-19 ini sangat merugikan mahasiswa.

“Pasalnya, keadaan ekonomi keluarga yang sulit, sehingga kami sedang dalam bayang-bayang putus kuliah terus menghantui, karena tidak mampu membayar UKT,” tutur Mubarak.

Dirinya mengemukakan, juga tidak adanya kejelasan seberapa banyak mahasiswa yang akan mendapatkan pemotongan UKT 10% ini.

“Padahal menurut kami, semua tahu wabah Covid-19 ini berdampak bagi siapapun. Tapi kebijakan pemotongan tidak berlaku untuk semua mahasiswa,” ujar Mubarak.

Massa aksi ditemui Wakil III Rektor STAIN Majene, Anwar Sadat dan para dosen STAIN untuk berdialog, ucapkan terimah kasih kepada mahasiswa yang telah menyampaikan aspirasinya.

“Dikarenakan keterbatasan dana STAIN Majene setelah dilakukan penghitungan. Selama ini anggaran yang dimiliki STAIN tidak pernah mencapai target, sehingga pengurangan 10% sudah maksimal. Meskipun demikian, masih diberikan keringanan berupa perpanjangan masa pembayaran UKT,” ucap Anwar.

Anwar mengungkapkan, pihaknya sudah menyampaikan kepada dosen agar mempermudah proses pembelajaran dan pemberian nilai pada masa pandemik Covid-19.

“Apabila ada dosen yang tidak memberikan penilaian sebagaimana mestinya, dapat disampaikan kepada pihak Rektorat Kampus. Dana STAIN Majene terkait pemberian subsidi kuota bagi mahasiswa terbatas, sehingga tidak dapat diberikan bantuan kuota lagi kepada mahasiswa,” ungkap Anwar. (Ibra/Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya