Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Keadilan Ekonomi Aksi Depan Istana Negara, Ini Tuntutannya

17 October 2019 07:06
Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Keadilan Ekonomi Aksi Depan Istana Negara, Ini Tuntutannya
Aksi Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Keadilan Ekonomi (KMSUKE), berlangsung di Taman Pandang depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat. (Bagus Prasetyo/Trans89.com)
.

JAKARTA, TRANS89.COM – Aksi unjuk rasa Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Keadilan Ekonomi (KMSUKE) diikuti sekitar 25 orang peserta aksi dipimpin Kristina Pakpahan, berlangsung di Taman Pandang depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (16/10/2019).

Massa aksi membawa spanduk dan poster bertuliskan, akui peran penting perempuan petani dan nelayan, impor pangan sama dengan menghancurkan kedaulatan pangan, hormati penuhi lindungi hak atas pangan, aku tolak impor kamu, petaniku sayang petaniku malang, benih kami hidup kami, reklamasi merampas kehidupan nelayan dan perempuan.

Tuntutan massa aksi, menolak segala impor seperti beras, menyikapi hari pangan sedunia 2019, reklamasi merampas kehidupan nelayan dan perempuan, lindungi lahan pangan stop konversi.

Orasi Kristina Pakpahan mengatakan, dalam momentum hari pangan dunia 2019 ini, kami masyarakat sipil menyatakan bahwa industrialisasi pangan yang didorong oleh pemerinitah telah mengancam kedaulatan pangan rakyat.

“Industrialisasi pangan semakin meminggirkan petani kecil dan nelayan tradisional dari ruang kehidupannya,” kata Kristina.

Menurutnya, negara tidak benar-benar sadar bahwa petani kecil dan nelayan tradisional adalah produsen pangan yang mencukupi pangan, sehingga industrialisasi tidak dapat memenuhi kelaparan, tapi sebaliknya hanya akan mempersulit hak pangan bagi rakyat.

“Namun selain industrialisasi pangan, upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah dengan memperbanyak perjanjian perdagangan bebas yang justru memberi peluang bagi impor pangan dan semakin mengebiri hak hak petani<‘ tutur Kristina.

Kristina mengungkapkan, pemerintah memberikan wejangan kepada masyarakat agar hidup sehat, maka masyarakat dengan memakan ala hidup sehat dengan memakan rebusan, tetapi pemerintah malah mendatangkan makanan impor yang jelas jelas menggunakan bahan pengawet.

“Wahai penguasa di negeri ini yang berkuasa, kami perempuan untuk hidup sehat dengan pangan pangan seperti ini. Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk memberikan perhatian khusus pada situasi perempuan yang punya peran signifikan dalam setiap tahapan produksi, namun mengalami dampak lebih berat dan mendalam dari kelaparan dan kerawanan pangan,” ungkap Kristina.

Aksi tersebut mayoritas perempuan dan membawa aneka rebusan seperti kacang, pisang, jagung serta membacakan puisi sambil melingkar. (Bagus/Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya