Sawit Tetap Jadi Tumpuan Perekonomian Indonesia

20 August 2019 13:51
Sawit Tetap Jadi Tumpuan Perekonomian Indonesia
Ketua Bidang Komunikasi GAPKI, Tofan Mahdi saat menjadi pembicara dalam workshop wartawan dan humas pemerintah di Kota Padang, Sumbar. (Trans89.com)
.

PADANG, TRANS89.COM – Hingga beberapa dekade ke depan, perekonomian Indonesia masih akan bergantung kepada sektor kelapa sawit. Karena itu perlu kebijakan strategis agar industri sawit tetap tumbuh dengan berkelanjutan, termasuk berkelanjutan dalam aspek bisnis.

“Agak sulit mencari sektor lain di Indonesia yang bisa menggantikan peranan sektor kelapa sawit bagi perekonomian,” kata Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tofan Mahdi melalui press releasenya diterima redaksi, Selasa (20/8/2019).

Menurut Tofan, sepanjang tahun ini sektor perkebunan kelapa sawit menghadapi tantangan, karena harga minyak sawit yang melemah. Namun beberapa rencana kebijakan strategis pemerintah seperti mandatory B30 yang akan dilaksanakan awal tahun depan mendorong sentimen positif pasar.

“Dalam beberapa hari terakhir harga komoditas sawit perlahan menguat, ini angin segar buat semuanya,” tutur Tofan yang menjadi pembicara dalam workshop wartawan dan humas pemerintah di Kota Padang, Sumbar.

Dirinya menjelaskan, tahun 2017, sumbangan devisa ekspor sawit mencapai rekor tertinggi yaitu USD 22,9 miliar atau sekitar Rp320 triliun.

“Melihat tren harga sepanjang tahun 2019, sumbangan devisa ekspor sawit tahun ini akan lebih rendah dibandingkan satu atau dua tahun sebelumnya,” jelas Tofan.

Namun Tofan tetap optimis, sektor kelapa sawit sangat prospektif meskipun hambatan dari negara maju semakin berat, seperti dari Uni Eropa. Sebagai pasar ekspor minyak sawit Indonesia terbesar kedua, kebijakan RED II dan kebijakan Uni Eropa (EU) mengenakan bea masuk 18% untuk produk minyak sawit Indonesia, cukup memukul industri sawit.

“Rasanya saat ini tidak ada komoditas lain yang sehebat sawit. Komoditas lain sekarang sudah impor, hanya sawit yang ekspor. Ini semua masalah perang dagang. Maka jangan biarkan kampanye negatif mematikan industri ini. Jika dibiarkan, Indonesia bisa-bisa menjadi importir sawit suatu saat nanti. Itu yang negara lain harapkan,” tegas Tofan.

Agar tidak terlalu bergantung terhadap pasar ekspor, Tofan menilai penyerapan dalam negeri perlu dioptimalkan.

“GAPKI mengapresiasi upaya pemerintah yang telah menjalankan program mandatori biodiesel B20 dan B30 pada awal tahun depan,” urai Tofan.

Hal senada diungkapkan Division Head Biodiesel and Product Development Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia (BPDPKS), Fajar Wahyudi. Fajar menyebutkan, program mandatori biodiesel akan bisa rampung dalam 3 tahun.

“Penggunaan sawit untuk biodiesel memiliki dampak yang disignifikan yakni menambah lapangan pekerjaan di sektor industri dan perkebunan sawit, meningkatkan demand terhadap CPO, stabilisasi harga CPO dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit,” sebut Fajar. (Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya