Dinkes Polman Bahas PSG Melalui E-PPGBM, Tahun 2020 Stunting di Polewali Mandar 21,6%

31 October 2021 00:59
Dinkes Polman Bahas PSG Melalui E-PPGBM, Tahun 2020 Stunting di Polewali Mandar 21,6%
Dinkes Kabupaten Polman gelar pertemuan desiminasi, publikasi data PSG melalui e-PPGBM, berlangsung di aula Sinar Mas Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat. (Atjo Mappinawang/Trans89.com)
.

POLMAN, TRANS89.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Polewali Mandar (Polman) menggelar pertemuan desiminasi, publikasi data pemantauan status gizi (PSG) melalui elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).

Kegiatan dihaidri Kepala Dinkes Polman Andi Suaib Nawawi, Asisten I Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Polman Agusnia Hasan Sulur, ahli analisis data e-PPGBM Provinsi Sulawesi Selatan Sirajuddin dan Tim Teknis Percepatan Penurunan Stunting berlangsung di aula Sinar Mas Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat, Senin (25/10/2021).

Kadis Kesehatan Polman, Andi Suaib Nawawi mengatakan, salah satu sasaran rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) bidang kesehatan 2020-2024, percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan menurunkan prevalensi pendek (stunting) menjadi 14%, menurunkan prevalensi gizi kurang (wasting) pada balita menjadi 7%.

“Dalam rencana strategi Kementerian Kesehatan (Kemenkse) 2020-2024, telah ditetapkan sebanyak 4 indikator terdiri dari 1 indikator kinerja program (IKP) kesehatan masyarakat terkait bidang gizi dan indikator kinerja kegiatan (IKK) yang harus dicapai serta beberapa indikator kinerja gizi lainnya yang harus dilaksanakan,” kata Suaib.

Menurutnya, upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang (UU) nomor 36 tahun 2009, tentang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.

“Seperti melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi,” tutur Suaib.

Ia menyatakan, hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan tahun 2018, menunjukan terjadi penurunan prevalensi balita berat badan kurang dari 19,6% menjadi 17,7%, penurunan prevalensi balita pendek dari 37,2% menjadi 30,8% dan penurunan prevalensi balita gizi kurang (wasting) dari 12,1% menjadi 10,2%.

“Namun demikian, capaian kinerja gizi masih kurang optimal seperti persentase ibu-ibu. Sehingga pedoman pelaksanaan teknis surveilans gizi hamil yang mendapat tablet tambah darah sebesar 73,2%, dan persentase balita mendapat vitamin A sebesar 82,4%,” ujar Suaib.

Dirinya menyebutkan, penurunan masalah gizi balita tidak diikuti oleh perbaikan masalah gizi pada dewasa, hal ini ditunjukkan dengan prevalensi obesitas pada kelompok usia di atas 18 tahun dan anemia pada ibu hamil yang mengalami peningkatan.

“Hasil e-PPGBM tiga tahun berturut-turut, tahun 2019 hingga 2020, persentase data stunting di Kabupaten Polewali Mandar menunjukan terjadi penurunan balita stunting dari 24,1% tahun 2019 menurun menjadi 21,6% ditahun 2020,” sebut Suaib.

Namun capaian tersebut, kata Suaib, masih lebih tinggi dari target nasional yaitu sebesar 20%. Penurunan masalah gizi balita tidak diikuti oleh perbaikan masalah gizi pada dewasa. Hal ini ditunjukkan dengan prevalensi obesitas pada kelompok usia di atas 18 tahun dan anemia pada ibu hamil yang mengalami peningkatan.

“Untuk memperoleh informasi capaian kinerja perbaikan gizi masyarakat secara cepat, akurat, teratur, berkelanjutan dan dapat dipertanggungjawabkan, perlu dilaksanakan kegiatan surveilans gizi atau pemantauan status gizi (PSG) oleh Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten/kota serta pemangku kepentingan lainnya, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanggulangan masalah gizi masyarakat,” katanya.

Lanjut Suaib, PSG ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi pemerintah pusat dan daerah termasuk pengelolah program gizi (PPG) dalam mendukung program perbaikan gizi, memberikan acuan teknis pelaksanaan surveilans gizi, kinerja program gizi, dan evaluasi dalam pelaksanaan program gizi.

“Mari kita tetap melakukan ikhtiar bersama untuk menghilangkan pandemi ini melalui vaksinasi Covid-19 untuk membentuk kekebalan komunitas atau herd imunity,” ajak Suaib.

Asisten I Pemkab Polman, Agusnia Hasan Sulur menyampaikan, akhir-akhir ini kinerja Pemkab Polman sedang menjadi sorotan dari berbagai pihak, mulai dari kinerja di sektor pembangunan, penataan kota bahakan pengelolaan keuangan.

“Sebagai sebuah negara yang menganut paham demokrasi, kritik merupakan pilar penting dalam suksesnya pembangunan dan terciptanya pelayanan publik yang baik. Selaku pelaksana program, pengelola uang negara, dan pengguna pajak masyarkat, sudah sepantasnya kita melaksanakan setiap kegiatan dengan tanggungjawab yang tinggi, bukan sekedar mengugurkan kewajiban,” papar Agusnia.

Ia mengungkapkan, beberapa waktu yang lalu ketika kinerja pengelolaan keuangan kita mendapat sorotan dari pihak tertentu, kita berhasil menjawab dengan prestasi wajar tanpa pengecualian (WTP) yang kelima kalinya secara berturut turut dari BPK Sulawesi Barat.

“Kepada seluruh tim penyusun laporan keuangan, pada kesempatan ini izinkan saya, menyampaikan apresiasi dan terimakasih yang setinggi-tingginya atas keseriusan bapak dan ibu dalam menjalankan amanah seluruh masyarakat Polman,” ungkap Agusnia.

Dirinya meminta kepada seluruh tim teknis pencegahan stunting Kabupaten Polman, gunakan kesempatan ini sebagai ladang pahala kalian, jangan gunakan sebagai ladang dalam mencari faedah.

“Buktikan bahwa setiap rupiah yang kalian keluarkan untuk sampai ketempat ini tidak terbuang sia-sia. Masyarakat Polman menunggu hasil kinerja bapak dan
ibu,” pinta Agusnia.

Menurutnya, stunting atau kondisi gagal tumbuh dan kembang anak merupakan persoalan kesehatan yang serius di Indonesi. Berdasarkan data WHO, Indonesia menduduki peringkat 4 penyumbang stunting tertinggi di dunia.

“Tidak hanya fisiknya yang kerdil, tetapi juga perkembangan otaknya terhambat, serta lebih rentan terhadap penyakit. Hal ini sangat berbahaya, karena mengancam generasi penerus bangsa,” tutur Agusnia.

Untuk itu, Agusnia berharap, akan lahir kesepakatan regulasi terkait sasaran prioritas percepatan penurunan stunting. Seperti penghentian pernikahan anak usia dini, yakni 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk pria.

“Perhatikan pola asuh, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, serta dorong terus program keluarga berencanan (KB) sebagai prioritas. Saya mengajak untuk mendoakan negeri ini terbebas dari wabah covid-19,” harapnya.

Agusnia juga mengajak untuk tetap berikhtiar mengakhiri pandemi Covid-19, mulai dari menerapkan protokol kesehatan (prokes) 3M ditambah 3T yakni testing, tresing dan tritmen serta ikut program vaksinasi nasional.

“Mari kita tetap melakukan ikhtiar bersama untuk menghilangkan pandemi ini melalui vaksinasi Covid-19 untuk membentuk kekebalan komunitas atau herd imunity. Dengan ucapkan Bismillahirrahmanirrohim, diseminasi, publikasi data PSG melalui e-PPGBM Dinkes Polman tahun 2021 secara resmi saya buka,” imbuhnya. (Atjo/Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya