Festival LIKE, Bambu Mendukung Ekonomi dan Perubahan Iklim

20 September 2023 00:01
Festival LIKE, Bambu Mendukung Ekonomi dan Perubahan Iklim
Ilutsrasi pohon bambu. (IST)
.

JAKARTA, TRANS89.COM – Bambu memiliki banyak manfaat secara sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan berperan juga dalam pengendalian perubahan iklim.

Ini menjadi isu penting dibahas dalam talk show bertema ‘Bambu Solusi Berbasis Alam: Penggerak Ekonomi Rakyat dengan Produk Ramah Lingkungan’, pada Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan, Energi Terbarukan (LIKE) diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta.

Kepala Badan Standardisasi Instrumen KLHK (BSIKLHK), Ary Sudijanto mengatakan, seperti arahan presiden, isu perubahan iklim juga harus menjadi bagian dari masyarakat secara luas, dimana upaya aksi mitigasi dan adaptasi dilakukan telah banyak dilakukan di tingkat tapak.

“Hal ini merupakan peran dan kontribusi yang telah diberikan oleh masyarakat dengan dukungan para pihak. Seperti halnya Bambu, sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Indonesia,” kata Ary dalam keterangannya dikutip, Selasa (19/9/2023).

Menurutnya, bambu belum mendapatkan dukungan dan perhatian optimal dalam pengembangan dan pemanfaatannya, namun seiring kemajuan teknologi dan menajamnya isu perubahan iklim, pemanfaatan bambu sebagai sumber daya alam (SDA) terbarukan semakin meningkat.

“Ini didukung dengan munculnya kesadaran akan gaya hidup ramah lingkungan, pembangunan hijau (green development) serta ekonomi sirkular (circular economy),” tutur Ary.

Ia menjelaskan, terkait manfaat bambu semakin luas, maka aspek kelestarian sumber daya bambu di sektor hulu menjadi sangat penting.
Oleh karena itu, kata Ary, BSILHK berkomitmen untuk menghasilkan standar-standar diperlukan dalam pengelolaan bambu dan pemanfaatannya.

“Tidak hanya penyusunan standar, namun juga memastikan ekosistem pengembangan usaha bambu dapat dijalankan. Kita ke depan harus bisa lebih berperan dalam mengembangkan kegiatan bambu,” katanya.

Selain itu, Ary memberikan pemahaman pemanfaatan bambu terbagi dalam dua kelompok, yakni sebagai material produk komoditas dan dalam peran ekologisnya untuk jasa lingkungan.

“Meskipun tampak bertujuan yang berbeda, masing-masing pemanfaatan tersebut dapat memberikan nilai ekonomi dan nilai ekologi bagi masyarakat dan lingkungan,” terangnya.

Ary berpesan pentingnya kerja sama dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Dan perlu dukungan dan sinergi dari banyak pihak, lintas sektor, dari tingkat tapak sampai pengambil kebijakan dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

“Ini khususnya dalam pengembangan bambu, sehingga menjadi bagian dari tujuan dan target kita dalam penurunan emisi dan target kontribusi nasional dalam pengendalian perubahan iklim,” ujarnya.

Didukung oleh Pusat Standardisasi Instrumen, Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim (Pustandpi) dan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL), talkshow ini dipandu pemerhati Perempuan dan Seni, Avianti Armand.

Hadir pula para narasumber pelaku dan praktisi pengembangan bambu, mulai dari pembibitan, penganyam bambu, konstruksi bambu, hingga inovator produk bambu.

Salah seorang Wakil Ketua Badan Permusyarawatan Desa (BPD) dan Ketua Kelompok Tani Wanita Kelompok Cembes Nai dari Desa Golo Loni, Wilhelmina Wahul mengatakan kalau dirinya tokoh gender aktif dalam usaha pembibitan bambu di Desa Golo Loni dengan dukungan pelatihan dari YBLL.

Selain Wilhelmina, hadir Marselinus Mansyur merupakan Pandu Bambu yang aktif dalam membangun Desa Wanatani Bambu di Kabupaten Manggarai Timur, Unsa Tenggara Timur (NTT).

Dilandasi meningkatnya kesadaran akan bangunan dan perumahan ramah lingkungan di Indonesia, Karim Munaf sebagai generasi baru/penerus usaha turun temurun, Direktur dan insinyur ahli kayu pada Bambulogy (PT Indonesia Hijau Dwidaya).

Karim telah merancang interior dan bangunan gedung multi tingkat dari bambu, menggunakan komposit bambu yang ramah lingkungan, kokoh, dan tahan lama.

Tidak ketinggalan, inovator Singgih Susilo Kartono sebagai kreator pembuat Radio Kayu Magno dan Spedagi Bamboo Bike dari Desa Kandangan, Temanggung, Jawa Tengah yang mendunia dengan penghargaan Japan Good Design Award G-Mark 2008, London Design Museum’s Brit Insurance Design Awards 2009.

Singgih juga pencetus gerakan revitalisasi desa melalui pasar rakyat Papringan yang menginspirasi ratusan desa di Indonesia.

Kegiatan ini diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 16 hingga 18 September 2023. Festival LIKE terbuka untuk masyarakat umum.

Selain talkshow, festival ini juga dimeriahkan pameran mengenai segala aspek lingkungan hidup dan kehutanan, coaching clinic, dan pertunjukan seni budaya tradisional dan modern.

Puncak Festival LIKE akan dihadiri Presiden Joko Widodo. Melalui festival ini, diharapkan dapat semakin meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat terhadap upaya dan aksi perubahan iklim dari sektor lingkungan hidup dan energi terbarukan. (Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya