BPS Klaim Cadangan Beras Nasional Surplus Periode 2019 Sampai Juni 2022

15 August 2022 00:17
BPS Klaim Cadangan Beras Nasional Surplus Periode 2019 Sampai Juni 2022
Ilustrasi hasil survei BPS survei cadangan beras nasional surplus periode 2019 hingga Juni 2022. (IST)
.

JAKARTA, TRANS89.COM – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) merilis survei cadangan beras nasional (SCBN) 2022.

Survei ini meliputi penghitungan ketersediaan cadangan beras di tingkat rumah tangga, penggilingan, pedagang beras, bulog, horeka, industri dan pengolahan.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah mengatakan, berdasarkan hasil survei, stok beras nasional periode 31 Maret 2022 mencapai 9,11 juta ton beras.

“Kemudian stok beras nasional pada 30 April 2022 meningkat 10,15 juta ton dan stok pada bulan Juni 2022 menjadi 9,71 juta ton,” kata Habibullah di Jakarta, dikutip Minggu (14/8/2022).

Menurutnya, stok beras pada bulan Juni 2022 sebagian besar berada di institusi rumah tangga mencapai 6,6 juta ton, di pedagang 1,04 juta ton, BULOG 1,11 juta ton, penggilingan 0,69 juta ton dan di Horeka maupun industri sebesar 0,28 juta ton.

“Secara umum, rata-rata stok beras di seluruh institusi cenderung mengalami peningkatan pada periode 30 April 2022 dibandingkan periode 31 Maret 2022,” tutur Habibullah.

Ia menjelaskan, rata-rata stok beras di rumah tangga dan produsen mencapai kurang lebih 390-443 kilogram (kg) per rumah tangga produsen, atau lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata stok beras di rumah tangga konsumen yang hanya 9-10 kg per rumah tangga konsumen.

“Hasil SCBN22 telah mengkorfirmasi posisi surplus beras periode 2019 smpai dengan Juni 2022 dengan menggunakan KSA BPS. Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022. Indonesia swasembada beras,” jelas Habibullah.

Dirinya menyatakan, survei ini sekaligus menyamakan data antar lintas kementerian dan lembaga sehingga data stok beras nasional bisa digunakan sebagai pijakan dalam mengambil keputusan.

“Survei ini kami lakukan bulan Juni 2022 digelar di 34 provinsi meliputi 490 kabuputen/kota dengan jumlah sampel 47.817 sampel, terdiri dari 14.100 sampel rumah tangga dan 33.717 sampel non rumah tangga dengan melibatkan 1.900 orang petugas sebagai enumerator,” ujar Habibullah.

Sementara Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan, survei data ini menjadi penting untuk menentukan program penguatan produksi ke depan. Apalagi, Indonesia dan juga negara-negara di dunia tengah menghadapi ancaman krisis global.

“Saya dan jajaran dinas dichallenge terus, dimana ada dua hal setelah 2019 sampai hari ini. Tidak ada impor beras umum,” kata Suwandi.

Kemudian, kata Suwandi, produksi data BPS KSA selalu meningkat dari tahun ke tahun dan menunjukkan surplus. Tapi saya ditambah tugas lagi yang harus diwujudkan bareng-bareng yaitu produktivitas harus naik, bahkan supaya lebih tinggi lagi dari yang sekarang.

“Saya berharap, kolaborasi Kementan dan BPS dapat terus ditingkatkan untuk kepentingan bangsa yang lebih besar,” katanya.

Suwandi juga berharap, ini bisa dimanfaatkan bagi semua pihak dalam rangka mengambil keputusan dan mempunyai gambaran yang utuh tentang kondisi perberasan nasional.

“Dari sisi produksi sudah terlihat melalui data KSA, dari sisi konsumsi juga pendataannya sudah ada. Dari saat ini terlihat kondisi dan persebarannya,” terangnya.

Sekedar diketahui, produksi beras nasional pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat di tahun 2020 menjadi 31,36 juta ton dan di tahun 2021 sebesar 31,33 juta ton.

Disisi lain, ekspor pertanian dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan yang diikuti kenaikan nilai tukar petani (NTP) maupun nilai tukar usaha petani (NTUP). (Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya