Menteri PPPA Suarakan Keterlibatan Perempuan Disegala Aspek

09 March 2022 17:20
Menteri PPPA Suarakan Keterlibatan Perempuan Disegala Aspek
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga menegaskan pelibatan perempuan menyuarakan perubahan wujudkan kesetaraan gender diacara Women in Charge for Change diselenggarakan Yayasan Hivos di peringatan Hari Perempuan Internasional melalui virtual di Jakarta. (Biro Hukum dan Humas Kementerian PPPA)
.

JAKARTA, TRANS89.COM – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menegaskan, pelibatan perempuan dalam menyuarakan perubahan dan turut berperan dalam pengambilan keputusan adalah hal yang penting dalam mewujudkan kesetaraan gender demi mendorong pembangunan berkelanjutan.

“Pelibatan perempuan dalam menyuarakan perubahan dan ambil peran dalam pengambilan keputusan, hingga tingkat terkecil, seperti rumah tangga, amatlah penting dalam mewujudkan kesetaraan gender demi mendorong pembangunan berkelanjutan,” kata Bintang diacara Women in Charge for Change diselenggarakan Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Hivos) dalam peringatan Hari Perempuan Internasional atau atau International Womans Day (IWD) melalui virtual di Jakarta, Selasa (8/32022).

Menurutnya, ini sejalan dengan tema global Peringatan Hari Perempuan Internasional 2022, yakni ‘gender equality today for a sustainable tomorrow (kesetaraan gender hari ini untuk masa depan yang berkelanjutan)’.

“Apalagi saat ini kita sedang dihadapkan pada kondisi pandemi Covid-19 yang membuat posisi perempuan semakin rentan, sehingga keterlibatan perempuan dalam ambil peran, baik melalui aksi nyata maupun suara, khususnya dalam pengambilan kebijakan mengenai pengentasan dampak-dampak pandemi menjadi penting demi mewujudkan kesejahteraan bagi semua,” tutur Bintang.

Ia menyatakan, jika ditelisik secara mendalam, berbagai masalah masih melingkupi perempuan tersebut bukan terjadi karena perempuan lemah atau tidak mampu, melainkan akibat dari konstruksi sosial patriarkis yang terbentuk dari berbagai cara pandang, sejarah, ideologi, dan budaya yang telah dijalankan selama turun temurun menempatkan posisi perempuan lebih rendah dari laki-laki.

“Konstruksi sosial ini juga telah menciptakan berbagai kebiasaan, pola perilaku, kebijakan, dan cara pandang menjadi tidak adil atau bias gender. Dengan jumlah perempuan mengisi hampir setengah dari total populasi, situasi ini tentunya akan berdampak pada tingkat kualitas hidup sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara keseluruhan,” ujar Bintang.

Dirinya menyampaikan, pemerintah Indonesia terus mendorong berbagai pihak untuk menciptakan inklusi sosial, serta memajukan kesetaraan dan keadilan gender melalui berbagai komitmen dan praktik baik.

“Saya mengajak pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh politik, lembaga masyarakat, dan organisasi pemerhati perempuan membumikan kesetaraan gender dan ikut memastikan kebijakan atau program perlindungan perempuan, termasuk pada kelompok marginal,” papar Bintang.

Menteri PPPA mengemukakan, pemerintah tidak bisa mencapai hasil maksimal tanpa adanya sinergitas dari berbagai stakeholder terkait.

“Bersama-sama mari kita patahkan bias dan kesalahpahaman yang sering kali dilekatkan pada perempuan demi menciptakan dunia yang lebih inklusif dan setara,” ajak Bintang.

Menteri Bintang mengajak untuk bersinergi dan dukungan dari semua pihak merupakan kunci dalam mewujudkan perempuan-perempuan yang berdaya, para ibu bangsa pembuat perubahan.

“Percayalah, langkah sekecil apapun, jika dilakukan dengan bersama-sama, maka dampaknya pun akan luar biasa,” terang Bintang.

Senada anggota DPR RI, Irene Yusiana Putri Roba mengatakan, suara perempuan sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan publik dan suara perempuan harus dapat didengar oleh semua pihak.

“Perempuan tidak akan pernah memikirkan dirinya sendiri. Artinya, perempuan akan hadir sebagai seorang ibu, anak, istri, ataupun sebagai masyarakat yang utuh,” kata Irene.

Ia mengungkapkan, mengapa selalu ada statement perempuan berdaya, negara kuat, karena ketika perempuan memiliki peran, maka ia akan memikirkan banyak sektor.

“Perempuan akan memikirkan banyak sekali lini. Inilah yang perlu digaris-bawahi, harusnya ini dapat mematahkan statement bahwa perempuan di politik hanya menjadi simbol. Bukan hanya soal kepemimpinan perempuan, tetapi juga bagaimana seorang manusia diberikan kesempatan dalam memimpin,” ungkap Irene.

Sementara Pemimpin Redaksi Tempo English Weekly dan English Tempo.co, Purwani Dyah Prabandari menyatakan, budaya patriarkal sudah melekat di masyarakat dan sulit sekali untuk mengubahnya.

“Kita bisa melihat dalam gambaran besar di area publik, dimana ada batasan bagi perempuan. Bahkan di keluarga pun masih ada perempuan termarginalisasi. Kita bisa mengubahnya, namun tidak bisa melakukannya sendiri. Kita harus bekerjasama agar bisa menggeser budaya tersebut,” tegas Purwani.

Dirinya menyampaikan, tantangan kesetaraan itu dihadapi perempuan dimanapun mereka berada. Membawa misi ataupun melawan ketidakadilan gender dalam bentuk budgeting (penganggaran) ataupun policy (kebijakan), itu adalah pekerjaan yang masih sangat berat.

Lanjut Purwani, untuk dapat memperkuat perempuan di ranah publik harus saling berkolaborasi dengan berbagai pihak. Kita bisa memanfaatkan media dan ruang publik lainnya untuk mengekspose keberhasilan perempuan.

“Ini dapat memperkuat posisi perempuan di media. Kita juga harus terbuka untuk dapat melakukan kolaborasi dengan setiap individu, organisasi, atau media lain dalam melakukan pekerjaan ini, karena kita tidak bisa melakukannya sendiri,” imbuhnya. (Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya