Kerjasama BPDAS Jeneberang-Saddang Dengan Jerman Gelar FGD Forest Program IV DAS Mamasa

08 November 2020 00:02
Kerjasama BPDAS Jeneberang-Saddang Dengan Jerman Gelar FGD Forest Program IV DAS Mamasa
KLHK melalui kerjasama BPDAS Jeneberang-Saddang dengan Jerman gelar FGD dengan nama forest program IV mengenai DAS Kabupaten Mamasa tahun 2020, berlangsung di aula kantor Kehutanan, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Sulbar. (Tadisu Sarrin/Trans89.com)
.

MAMASA, TRANS89.COM – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui kerjasama Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Jeneberang-Saddang ke salah satu negara yang terkenal akan kecintaan dan kepeduliannya terhadap ekosistem hutan lindung diseluruh dunia, yaitu negara Jerman.

Kawasan Produktif Hutan Lindung (KPHL) wilayah Mamasa Tengah Kecamatan Sumarorong selenggarakan kegiatan focus group discussion (FGD) dengan nama forest (hutan) program IV mengenai daerah aliran sungai (DAS) Kabupaten Mamasa tahun 2020, berlangsung di aula kantor Kehutanan, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Sabtu (7/11/2020).

Forest Program IV ini dilatar belakangi akan adanya rencana rehabilitasi dan perluasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru Sulawesi Selatan (Sulsel) yang disebut proyek Bakaru II.

Kegiatan ini juga dilaksanakan atas dasar Peraturan Menteri (Permen) LHK nomor P.79/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016, tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis pengelolaan DAS dan hutan lindung.

Hadir di giat tersebut, Kepala BPDAS Jeneberang-Saddang Sulsel Muh Tahir sekaligus membuka kegiatan, Konsultan Forest Program IV (Unismuh Makassar) Naufal dan Azis sebagai pemateri, penyuluh KPH Mamasa Tengah Palalunan mewakili Kepala KPH Mamasa Tengah Nugroho Santoso, Lurah Tabone Guntur Allo.

“Melalui lobi dan kerjasama yang baik, sehingga bantuan dari Jerman bisa kita dapatkan. Oleh karena itu, kegiatan ini dapat dilaksanakan dan akan terus berkelanjutan, karena DAS Kabupaten Mamasa sangat berpengaruh besar terhadap PLTA Bakaru terkhusus dalam program Bakaru II kedepan ini,” ungkap Tahir.

Ia menyebutkan ada beberapa wilayah KPH, yaitu KPH Mamasa Timur, Mamasa Tengah, dan KPH Sawitto, dari 3 KPH tersebut didalamnya terdapat beberapa titik objek wisata dan juga taman nasional.

“KPH Mamasa Timur dengan Taman Nasional Gandang Dewata, sudah tercatat dengan rapi di Jerman sebagai salah satu ikon nasional Indonesia, khususnya Kabupaten Mamasa,” sebut Tahir.

Oleh karena itu, menurut Tahir, kita harus melindungi serta tetap menjaga bantaran pegunungan atau hutan lindung yang ada di wilayah Kabupaten Mamasa, agar ekosistem alam tetap stabil dan DAS juga tetap memberikan debit air yang stabil pula.

“Aagar kegiatan ini jangan dihuni oleh kelompok tani dadakan atau jadi-jadian. Selesai kegiatan, bubar. Jika ada kelompok tani masyarakat yang sudah terlanjur masuk kawasan hutan lindung untuk bertani, itu tidak masalah, yang jelas jangan merubah fungsi area serta tidak melakukan perluasan lahan dengan sistem tebang habis,” tutur Tahir.

Ia mengemukakan, jangan mengelola lokasi diluar dari kemampuan, apalagi untuk mensertifikatkan lokasi tersebut, kurangi dan sebisa mungkin kita menghindari penebangan area hutan lindung.

“Dalam mengelola hutan lindung untuk menjadi hutan produksi, diharapkan masyarakat dapat memilih tanaman yang benar-benar cocok agar bisa berhasil,” ujar Tahir.

Dirinya berharap tetap berkonsultasi dengan penyuluh KPH, sehingga tidak salah memilih jenis tanaman yang sesuai dengan posisi ketinggian dari permukaan laut (DPL).

“Jika hal ini benar-benar diperhatikan dan dilakukan, yakin bahwa hutan lindung produktif akan membuahkan hasil dan tidak menggangu ekosistem DAS yang ada,” terang Tahir.

Perlu diketahui, kata Tahir, Kabupaten Mamasa sudah tercatat di Jerman, dimana wilayah ini sebagai salah satu wilayah yang memiliki sumber air sungai terbanyak untuk pemanfaatan PLTA Bakaru sebagai sumber energi untuk kehidupan banyak orang.

“Di kegiatan ini, ada 2 pemateri memberikan begitu banyak pengetahuan tentang pentingnya memelihara dan bagaimana cara mengelola kawasan hutan lindung agar bisa menjadi produktif tetapi tidak merusak ekosistem wilayah hutan yang terbentang disepanjang DAS Kabupaten Mamasa,” katanya.

Sementara pemateri pertama, Naufal mengatakan, mengelola hutan lindung harus sesuai dengan aturan, jangan sekarang tanam kopi, tahun depan tanam alpokat atau tanam jagung, karena lahannya sudah jelas dikelola dengan cara merusak alam (tebang habis dan bakar) bukan berarti dilarang bercocok tanam jagung, tetapi diusahakan untuk diluar kawasan.

“Jangan juga kita kembali menerapkan sistem berkebun tradisional orang tua kita, misalnya hanya memiliki 1 hamparan lokasi tetapi jenis tanaman yang beragam, sudah ada beberapa jenis tanaman yang ditanam dan bahkan puluhan macam tanaman didalam 1 kebun,” kata Naufal.

Pemateri kedua Azis berharap kelompok tani masyarakat dapat mengidentifikasi jenis tanaman yang benar-benar cocok dengan keadaan lahannya masing-masing, jenis tanaman harus dipilih secara bersama-sama dalam kelompok melalui bimbingan penyuluh KPH dengan mempertimbangkan letak serta ketinggian (DPL) di setiap lokasi yang dipilih.

“Jika pemilihan jenis tanaman sudah sesuai dengan lokasi, perawatannya juga tetap mengikuti prosedur yang ada. Yakin saja masyarakat atau petani pasti akan berhasil tanpa harus merusak kawasan hutan lindung,” terang Azis.

Kemudina Penyuluh KPH Mamasa Tengah, Palalunan mengatakan, mewakili masyarakat Mamasa pada umumnya, terkhusus untuk 40 desa yang memiliki beberapa kelompok tani binaannya, kami ucapkan terimakasih kepada KLHK bersama Balai atas upaya yang sudah dilakukan untuk melobi Jerman, sehingga program ini dapat terselenggara.

“Semoga kegiatan ini dapat berkelanjutan dengan bantuan kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat Mamasa, sehingga nantinya bisa membuahkan hasil untuk kita nikmati bersama-sama,” katanya.

Kembali Kepala BPDAS Jeneberang-Saddang, Tahir menyampaikan, ke 40 desa yang terkover dalam kawasan KPH Mamasa Tengah ini akan terus dibimbing dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan.

“Mulai dari cara pemilihan dan pengolahan lahan yang benar, pemilihan jenis tanaman, hingga perawatan tanaman nantinya,” papar Tahir.

Ia mengungkapkan, tanaman yang akan ditanam harus benar-benar cocok dengan lokasi sesuai letak geografis atau ketinggian DPL daerah masing-masing.

“Mereka (kelompok tani) juga akan diberikan bantuan bibit sesuai permintaan masing-masing kelompok, dimana bibit tersebut nantinya akan disediakan oleh pihak ketiga yang khusus membidangi hal itu,” ungkap Tahir.

Ia juga berharap, semoga masyarakat Kabupaten Mamasa dapat menyambut serta menerima dengan sebaik mungkin akan adanya Forest Program IV ini.

“Semoga masyarakat Kabupaten Mamasa tidak menjadi penonton ketika kegiatan ini sudah berjalan dengan baik,” demikian Tahir.

Kegiatan ini diikuti kurang lebih dari 40 peserta yang tergabung dari beberapa perwakilan kelompok tani yang ada di Kabupaten Mamasa khususnya Kecamatan Sumarorong lingkup Kelurahan Tabone serta beberapa perwakilan kelompok tani dari Kecamatan Balla Tumuka yang juga wilayah kerja KPH wilayah Mamasa Tengah. (Tadius/Nis)

Trans89.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya